Ekonomi Lesu, Pasar Saham Gonjang-Ganjing

JAKARTA, BLOKBERITA --  Pasar modal semakin tersungkur. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbakar 3,1% dan jatuh ke posisi 4.479,49.

Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang mengatakan, pasar tengah mengkhawatirkan kondisi China. Menurutnya, yuan telah mengalami overvalue sekitar 10-11%. Ia bilang, pelemahan internal China ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi dan meletusnya bubble kredit.

Lebih lanjut, analis Investa Saran Mandiri Hans Kwee mencermati bahwa bursa dunia serentak melemah. Ia memperkirakan, yuan bisa terdevaluasi sekitar 5%-10%. Nah, devaluasi yuan ini berisiko bagi nilai tukar Indonesia dan berdampak menekan pelemahan indeks.

Ia memperkirakan, devaluasi yuan masih bisa berlangsung dalam 3 hari ke depan. Jika ini terjadi, maka IHSG akan kembali merosot ke kisaran 4.300-4.100.

Hans menyebut, reshuffle kabinet tak mampu meniupkan sentimen positif ke publik. Edwin menambahkan, menteri yang dipilih membuat Joko Widodo semakin terkungkung. Ia mencermati keluarnya Andy Widjajanto dari Sekretaris Kabinet dan masuknya Pramono Anung ke posisi tersebut.

Dengan masuknya politisi PDIP-P, maka presiden tak akan mampu berbuat banyak. Selain itu, Jokowi pun tak mengganti posisi Menteri Keuangan.

Ke depannya, IHSG pun diperkirakan masih penuh tantangan. Hans melihat adanya tekanan dari belum pastinya kenaikan suku bunga The Fed. Namun jika telah menemukan kepastian, Hans optimistis IHSG mampu kembali terkerek.

Tak hanya itu, Hans yakin nilai tukar rupiah dapat menguat ke posisi Rp 13.200 jika the Fed pasti mengerek suku bunga. Ia berasumsi bahwa AS akan menurunkan nilai tukar dollar agar barang produksi negeri paman Sam tersebut lebih kompetitif. Sedangkan, Edwin menilai Rupiah akan semakin melemah ke Rp 14.200 di akhir tahun. Ini karena perang mata uang yang semakin sengit serta adanya kenaikan suku bunga The Fed.

Hans merasa IHSG akan kembali menanjak ke posisi 5.200. Namun ini dengan catatan bahwa persoalan di Cina berakhir. Sedangkan, Edwin justru menurunkan target IHSG akhir tahun. Ia membuat 3 skenario yakni optimis di 4.810, moderat pada 4.540, dan pemisis di 4.005.

Edwin menjelaskan bahwa skenario pesimis berlaku bila ada penurunan laba emiten akibat perlambatan ekonomi, penyerapan anggaran belanja pemerintah tak sesuai janji, dan terjadinya perang mata uang. Sementara skenario optimis dapat berlangsung apabila pemerintah benar-benar mencairkan anggaran belanja sesuai target, ada perbaikan Gross Domestic Product (GDP), dan laba per saham emiten membaik.

Bagaimana Nasib Pencarian Dana Emiten ? 

Beberapa emiten terlanjur mengincar pendanaan di pasar modal. Rencananya, PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) akan menerbitkan obligasi global sebesar US$ 420 juta. Dengan nilai tukar di kisaran Rp 13.750, maka surat utang tersebut bernilai setara Rp 5,77 triliun.

Kondisi pasar modal sedang lesu tak membuat SRIL ragu dengan penerbitan obligasi sebagai sumber pendanaannya. "Kita tetap harus ekspansi. Jangan sampai ketinggalan," ujar Direktur Utama SRIL Iwan Setiawan, beberapa hari lalu.

Lebih lanjut, Edwin pun masih optimis bagi terhadap penerbitan surat utang emiten. Menurutnya, selama kupon yang diberikan menarik dan peringkat yang dimiliki bagus, maka pasar akan tetap menyerap surat utang tersebut.

Sedangkan Hans menyarankan emiten yang ingin menerbitkan surat utang untuk melakukan evaluasi. Ia mengkhawatirkan, pasar tak siap menyerap surat utang tersebut. “Ini sangat berisiko bagi saham dan obligasi,” ujarnya.

Hans menyarankan pemodal untuk menunggu pasar stabil untuk masuk ke saham. Jika nantinya pasar membaik, ia menyarankan saham sektor perbankan dan konstruksi. Kemudian Edwin menyarankan beberapa saham yang berprospek antara lain AKRA, TLKM, BBCA, BBTN, BBRI, BMRI, ICBP, UNVR, MPPA, LPPF, LPKR, LPCK, KLBF, PTPP, WSKT, dan ADHI.

Dampak Devaluasi Yuan

Gejolak di pasar modal domestik sepertinya belum berhenti. Kemarin (12/8), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di 4.479,49 melemah 3.09% dari hari sebelumnya.

Analis Net Sekuritas Fadli mengatakan sentimen negatif akibat devaluasi mata uang yuan masih berlanjut. “Yang ditakutkan adalah pasar Indonesia akan kebanjiran barang-barang impor asal China,” ucapnya.

Selain itu, Analis Reliance Securities Lanjar Nafi menambahkan, IHSG melanjutkan fase koreksi akibat aksi wait and see investor menjelang reshuffle kabinet.

Lalu, investor asing mengambil langkah aman dengan keluar dari pasar setelah rupiah melemah ke level terendah. Kemarin investor asing mencatatkan net sell sekitar Rp 763,77 miliar.

Hari ini Lanjar menduga, IHSG akan bergerak mixed cenderung menguat di 4.425-4.580. Sedangkan Fadli memprediksi, IHSG melemah terbatas di kisaran 4.440-4.530.


[ bmw / kontan ]



View

Related

BURSA 3190462375664250664

Posting Komentar

Follow us

Terkini

Facebook

Quotes



















.

ads

loading...

Connect Us

loading...
item